Rabu, 27 April 2016

Alam Pikiran Manusia Dan Perkembangannya



A.    Hakikat manusia
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan amat sangat sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini, Karena manusia di lengkapi dengan akal, fikiran, perasaan, dan juga pengetahuan. Dibandingkan dengan makhluk lain manusia lebih banyak menggunakan akal fikirannya dibandingkan dengan kekuatan nya, tetapi hal itu tidak membantu manusia memecahkan permaslahan mengenai apa itu hakikat manusia yang sebenarnya.
Menurut Ali Syariati manusia itu termasuk masalah yang paling rumit di alam semesta. Manusia memerlukan pencurahan perhatian besar. Sampai saat ini, manusia modern belum mampu menarik sebuah simpulan lengkap tentang dirinya. Walau manusia dapat memecahkan persoalan kehidupan dan mengatasi banyak rintangan yang ditimbulkan oleh alam yang membatasi kemajuan manusia, manusia tetap menjadi masalah pelik dan tak terpecahkan sehingga menjadi tragedi besar di abad ilmu dan teknologi. Kendati ilmu telah membantu dan mengatasi berbagai masalah yang menghalangi kemajuan sosial, ilmu telah gagal dalam menolong manusia dan memecahkan masalah manusi itu sendiri.
Tapi kendati begitu manusia tetaplah makhluk yang sangat istimewa serta memiliki kelebihan dengan makhluk lainnya dimuka bumi ini. kelebihan manusia dengan makhluk lain, yaitu :
v  Manusia sebagai makhluk berpikir dan bijaksana (Homo sapiens) yang dicerminkan dalam tindakan dan perilakunya terhadap lingkungannya.
v   Manusia sebagai pembuat alat karena sadar akan keterbatasan inderanya (Homo faber)
v   Manusia dapat berbicara (Homo Langues) baik secara lisan maupun tulisan.
v   Manusia dapat hidup bermasyarakat (Homo sosius) dan berbudaya (Homo Humanis).
v   Manusia dapat mengadakan usaha (Homo Economicus).
v   Manusia mempunyai kepercayaan dan beragama (Homo religious).

B.     Keingin tahuan manusia
Manusia yang di lengkapi dengan akal, fikiran serta ilmu pengetahuan memungkinkan dirinya untuk berbuat hal yang lebih baik serta memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi dibandingkan makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Dari rasa keingin tahuan manusia itulah maka berkembanglah pula ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Perkembangan pengetahuan pun lebih berkembang lagi manakala ditunjang dengan adanya tukar menukar informasi antar manusia.
Menurut  Issac Asimov (1920), mengatakan bahwa binatang sebagai Idle Curiosity  (keingintahuan yang terbatas).  Manusia justru daya pikirnya lebih berperan daripada daya fisiknya. Seperti hal nya kita ketahui bahwa binatang mempunyai insting untuk kelangsungan hidupnya, memperoleh makanan, serta hal-hal lainnya. Aktivitas tersebut tidak berubah dari waktu ke waktu dan dinyatakan sebagai rasa keingintahuan yang tidak berkembang atau biasa disebut idle curiousty. Sedangkan manusia menggunakan kemampuan otaknya untuk melakukan penalaran, pemikiran logis, dan analis. Oleh karena itu, manusia memiliki rasa ingin tahu yang selalu berkembang yang biasa disebut dengan curiousity.
Secara sederhana perkembangan rasa ingin tahu ini dimulai dengan pertanyaan what “apa” tentang sesuatu kemudian dilanjutkan dengan how “bagaimana” kemudian why “mengapa”. Pengetahuan yang diperoleh dari alam semesta ini selanjutnya merupakan dasar dari perkembangan ilmu pengetahuan alam. Semua pengetahuan dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Ilmu ini terus berkembang sejalan dengan sifat manusia yang selalu ingin tahu,terutama tentang benda yang ada disekelilingnya,alam jagad raya,bahkan dirinya sendiri. Hal tersebut mendorong manusia untuk memahami serta menjelaskan gejala-gejala yang terjadi dan dorongan rasa ingin tahu manusia tersebut membuat mereka mencari jalan keluar dari setiap apa yang terjadi. Pengetahuan tentang satu masalah mendatangkan pertanyaan (masalah) lain yang ingin dijawab.

1.      Cara manusia memperoleh pengetahuan :
Dalam memperoleh pengetahuan banyak cara yang dilakukan oleh manusia, salah satu nya dengan pendekatan non-ilmiah (sains semu) dan pendekatan ilmiah.

a.      Pendekatan non-ilmiah (sains semu)
Metode non ilmiah merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Namun dalam pemecahan masalah tersebut hanya berdasarkan pada  pendapat atau anggapan dari para ahli pikir atau dari para penguasa yang dianggap benar. Padahal anggapan itu belum tentu dapat dibuktikan kebenarannya. metode ini di biasanya di terapkan pada jaman-jaman kuno  dimana pengetahuan serta teknologi yang di ciptakan manusia masih terbatas. Dalam metode ini ada beberapa pendekatan yang dilakukan manusia untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu :

Ø Mitos
Kata mitos berasal dari bahasa inggris Myth dan bahasa yunani Muthos yang artinya suatu kepercayaan yang sangan dipahami dan dianggap sebagai acuan pola kehidupan pada suatu kelompok atau tatanan social masyarakat tertentu.
Ø Wahyu
Dalam agama islam wahyu adalah suatu pengetahuan yang berasal dari Allah SWT yang disampaikan kepada manusia melalui perantara seorang nabi atau rasul.
Ø   Pendapat otoritas
Pendapat otoritas ilmiah berasal dari orang-orang yang biasanya telah menempuh pendidikan formal tertinggi atau orang yang telah mempunyai pengalaman kerja ilmiah dalam suatu bidang/ilmu. Pendapat-pendapat mereka sering diterima orang tanpa diuji; selalu dipandang benar.
Ø Prasangka
Yaitu suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar. dengan prasangka, orang sering mengambil keputusan yang keliru. Prasangka hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu kebenaran. Prasangka terbagi menjadi dua yaitu prasangka baik dan prasangka buruk.
Ø Intuisi
Intuisi ialah pendapat seorang yang diangkat dari perbendaharaan pengetahuannya terdahulu melalui suatu proses yang tidak disadari. Jadi, seolah-olah begitu saja muncul pendapat itu tanpa difikir. Pengetahuan yang dicapai denngan cara demikian sukar dipercaya, ungkapan-ungkapan sering juga masuk akal namun belum tentu cocok dengan kenyataan
Ø Trial and error
Yaitu metode coba-coba atau untung-untunngan, banyak penemuan hasil “real and error” sangat berguna bagi manusia, misalnya, ditemukannya rendaman kulit kina untuk obat malaria kemudia penemuan lampu oleh Thomas Alva Edison. Penemuan dengan cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran.
Ø Pengalaman
Untuk memperoleh sesuatu yang mereka inginkan manusia seringkali menggunakan pengalaman-pengalamannya. Pengalaman memang kadang-kadang banyak membantu. Tetapi jika tidak digunakan secara kritis bisa merugikan.

b.      Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu yang dilakukan dengan cara-cara ilmiah atau sains. Dalam pendekatan ilmiah ada beberapa struktur metode untuk mendapatkan pengetahuan, struktur metode ilmiah ini mempunyai beberapa langkah, yaitu :
Ø Perumusan masalah
Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternative cara untuk memecahkannya.
Ø Penyusunan kerangka berfikir atau dasar teori
Penyusunan kerangka berfikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara berbagai faktor yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permaslahan.
Keterangan keterangan dalam menyusun suatu dasar teori dapat diperoleh dari buku-buku laporan hasil penelitian orang lain. Wawancara dengan pakar, atau melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan. Dasar teori berguna sebagai dasar menarik hipotesis.
Ø Penarikan hipotesa
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan terhadap permasalahan atau pertanyaan yang diajukan berdasarkan kesimpulan kerangka berpikir/dasar teori. Dikatakan sebagai jawaban sementara karena hipotesis ini baru mengandung kebenarannya yang bersifat logis dan teoritis. Kebenarannya belum bersifat empiris, karena belum terbukti melalui eksperimen. 
Ø Percobaan
Untuk menguji hipotesis dapat dilakukan dengan melakukan observasi dan percobaan atau eksperimen. Dari eksperimen atau percobaan tersebut akan diperoleh data. Data inilah yang akan dianalisa untuk memudahkan penarikan kesimpulan.
Ø Analisis data
Data-data yang akan dianalisis didapat dari hasil eksperimen atau percobaan, dari data inilah akan ditarik suatu kesimpulan atas jawaban dari suatu masalah yang sedang diteliti. data hasil eksperimen dibedakan menjadi 2:
1)  Data kualitatif yaitu data yang tidak disajikan dalam bentuk angka tetapi dalam bentuk deskripsi. Contoh data ciri morfologi.
2)   Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka. Contoh data hasil pengukuran tinggi batang suatu tanaman. Data kuantitatif harus diolah dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram sehingga mudah dipahami orang lain.
Ø Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah langkah terakhir untuk mendapatkan suatu pengetahuan dalam pendekatan ilmiah, oleh karena itu Penarikan kesimpulan harus mengacu pada hasil eksperimen. Kesimpulan dari suatu penelitian harus diambil berdasarkan semua data yang diperoleh. Penarikan kesimpulan bukan berdasarkan hasil rekayasa atau kkeinginan peneliti. Bukan pula untuk menuruti kemauan pihak tertentu dengan cara memanipulasi data. Kesimpulan harus memiliki hubungan yang jelas dengan permasalahna dan hipotesis. Ada 2 kemungkinan yang ada dalam pengmbilan kesimpulan, yaitu hipotesis diterima dan hipotesis ditolak.
        Dalam pendekatan ilmiah suatu percobaan dikatakan ilmiah apabila suatu percobaan itu memenuhi 4 syarat, yaitu :
·         Logis (Masuk akal)
Suatu percobaan untuk mendapatkan pengetahuan haruslah masuk akal, dimana pengetahuan itu dapat dibuktikan dengan panca indra.
·         Metodik
Artinya pengetahuan itu dilakukan dengan cara-cara tertentu yang terkontrol dengan baik.
·         Sistematik
Dalam suatu pendekatan ilmiah pengetahuan itu harus tersusun dalam sistem, tidak berdiri sendiri. Artinya suatu pengetahuan satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
·         Berlaku umum
Suatu pengetahuan dalam metode ilmiah tidak hanya berlaku untuk dirinya sendiri atau dapat diamati oleh sesorang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

C. Perkembangan Fisik, Sifat dan Pikiran Manusia
1.    Perkembangan Fisik Manusia
Manusia sebagai makhluk memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Maskoeri Jasin, 2008: 1)
a.   Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
b.   Mengadakan metabolisme atau penyusunan dan pembongkaran zat, yakni ada zat yang masuk dan keluar.
c.   Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
d.   Memiliki potensi untuk berkembang.
e.   Tumbuh dan berkembang.
f.    Berinteraksi dengan lingkungannya.
g.   Bergerak
Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki. Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.
Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja.Bayi manusia (usia 0-2 tahun) tumbuh dan berkembang menjadi anak yang pandai berbicara, membaca, berhitung dan mampu bergerak dengan lincah. Kemudian anak manusia berada pada masa kanak- kanak pada usia 3- 5 tahun yang disebut masa bertanya dan ditandai dengan pertumbuhan fisik yang mulai berkembang serta pandai berbicara, membaca, dan berhitung. Selanjutnya pada usia 13-20 tahun, anak tersebut menjadi remaja yang mulai mengalami pubertas, seperti perempuan mulai mensturasi, dan laki-laki mulai memiliki jenggot, kumis, serta membesar suaranya. Selanjutnya masuk masa dewasa (usia >20 tahun) yang sudah mampu bekerja dan berumah tangga.Setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab.

2.      Perkembangan Sifat dan Pikiran Manusia
Sifat ingin tahu manusia berkembang seiring dengan perkembangan umur dan waktu dimana manusia tersebut hidup. Biasanya manusia mendapatkan pengetahuan dari sesama manusia dan pengamatan terhadap alam sekitar, pada zaman pra sejarah manusia hidup dari berburu dan berladang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kemudian meningkat menjadi petani dan peternak yang menetap. Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini. Berikut ini,pengelompokan perkembangan kecerdasan manusia berdasarkan usia dari bayi hingga dewasa.
a.       Masa bayi (0 – 2 Tahun)
Masa bayi menurut psikologi disebut juga sebagai periode sensomotorik. Pada periode ini, perkembangan kecerdasan bayi sangat cepat. Ia mulai belajar makan, berjalan, berbicara, dan mengikatkan diri pada orang lain. Dengan gerakan – gerakan anggota tubuhnya,ia belajar memadukan keterangan – keterangan melalui semua alat inderanya.

b.      Masa Kanak – kanak ( 3 – 5 Tahun )
Masa kanak – kanak disebut sebagai periode praoperasional, dengan kisaran usia 2 – 7 tahun. Pada periode ini,dorongan keingintahuannya sangat besar, sehingga banyak yang menyebut masa ini sebagai masa bertanya. Apalagi pada masa ini si anak sudah memiliki keterampilan berbahasa lisan. Namun, pada masa ini pengungkapannya sering menggunakan lambang– lambang,seperti bermain mobil dengan garasinya menggunakan kotak kosong.

c.       Masa Usia Sekolah ( 6 – 12 Tahun )         
Masa ini disebut juga sebagai periode operasional nyata,dengan kisaran usia 7-11 tahun. Pada periode ini,anak sangat aktif, ditandai dengan perkembangan fisik, dan motorik yang baik. Para ahli psikologi menyebut juga masa ini sebagai “masa tenang”, karena proses perkembangan emosional si anak telah mendapatkan kepuasan maksimal sesuai dengan kemampuan individu. Perolehan pengetahuannya masih dengan induksi (pengamatan dan percobaan), walaupun sudah dimulai dengan menggunakan penalaran dan logika.

d.      Masa Remaja ( 13 – 20 Tahun )
Periode ini merupakan masa pertentangan (konflik), baik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang dewasa. Mereka berusaha mengekspresikan dirinya sebagai orang dewasa,padahal secara fisik, mental, dan emosional belum mampu menggunakan nalar serta berhipotesis.

e.       Masa dewasa ( > 20 Tahun )
Masa dewasa ini ditandai dengan kemampuan individu untuk berdiri sendiri. Mereka mampu mengendalikan perilakunya dengan baik, menempatkan dirinya sebagai anggota dalam kelompok serta merupakan individu yang bertanggung jawab.   


C.    Sejarah Pengetahuan Manusia
Menurut Auguste Comte (1798-1857), dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung dalam tiga tahap (Heri Purnama, 2008: 13):

1.      Tahap teologi atau fiktif
Pada tahap teologi atau fiktif, berusaha untuk mencari dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu, dan selalu dihubugkan dengan kekuatan gaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.

2.      Tahap filsafat atau fisik atau abstrak
Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan diri kepada kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan pada akalnya sendiri, akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna menemukan hakekat segala sesuatu.

3.      Tahap positif atau ilmiah riil
Tahap positif atau riil merupakan tahap dimana manusia telah mampu berpikir secara positif atau riil atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif melalui pengamatan, percobaan dan perbandingan.
Ilmu pengetahuan juga berkembang sesuai dengan zamannya dan sejalan dengan cara berpikir dan alat bantu yang ada pada saat itu. Sebagai contoh adalah pada zaman Babilonia dan Yunani, karena keterbatasan alat indera manusia (sebagai alat bantu utama) maka landasan ilmu pengetahuan zaman ini sebagian berasal dari pengamatan maupun pengalaman namun sebagian lainnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan aataupun “mitos.” Pengetahuan semacam ini disebut sebagai “pseudo science” yaitu mirip sains tapi bukan sains (pengetahuan semu).


Disusun oleh :
                  Nama               : Ajeng Herlinda
                  Npm                : 115040136
                  Program studi  : Akuntansi
                  Fakultas           : Ekonomi
      UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

Tidak ada komentar:

Posting Komentar